JOMBANGKAB – Di tengah gempuran arus modernisasi, nafas segar kebudayaan berembus kencang dari Jombang. Ribuan pasang mata, mulai dari anak-anak KB hingga siswa SMP, memadati pelataran Perguruan Muhammadiyah Desa Mentoro, Sumobito, pada Sabtu (27/9) dalam acara akbar GELAR BUDAYA "WAYANG MASUK SEKOLAH."

Acara yang melibatkan KB dan RA Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA), SD Muhammadiyah 1, serta SMP Muhammadiyah 3 ini, menjadi bukti nyata ikhtiar melestarikan warisan leluhur. Wayang, yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda, diletakkan sebagai fondasi karakter pelajar Jombang.

 

Bupati Jombang Warsubi, yang hadir penuh antusias, menegaskan bahwa kemajuan teknologi tidak boleh tercerabut dari akar budaya bangsa. Ia mengapresiasi program ini sebagai gerakan mulia untuk memperkenalkan dan melestarikan seni wayang di lingkungan sekolah.

 

”Ini adalah gerakan mulia yang bertujuan memperkenalkan serta melestarikan seni wayang sebagai budaya bangsa di kalangan generasi muda,” tutur Bupati Warsubi.

 

Beliau menekankan bahwa wayang bukan sekadar tontonan, melainkan cerminan luhur nilai-nilai kemanusiaan. "Di dalam kisah-kisah pewayangan, ada banyak pelajaran tentang budi pekerti, keberanian, persaudaraan, pengorbanan, dan cinta tanah air," jelasnya.
 

Bupati Warsubi menepis anggapan bahwa generasi muda harus memilih antara teknologi atau tradisi. Justru, kecintaan pada budaya sendiri harus menjadi fondasi kokoh di tengah derasnya arus globalisasi.
 

"Jangan sampai warisan luhur ini hilang ditelan zaman atau tergeser oleh budaya modern dari luar. Justru kita harus bangga, karena bangsa kita punya karya seni yang sudah berabad-abad menjadi tuntunan hidup bagi masyarakat," tandasnya, seraya berharap dari kegiatan ini akan lahir dalang-dalang muda yang mampu melestarikan budaya masa depan Jombang.
 

Puncak acara yang paling memukau adalah pergelaran wayang kulit dengan lakon "Gatot Kaca Lahir." Kisah epik tentang kelahiran ksatria kuat dan berkarakter ini seolah menjadi simbol harapan yang disematkan pada pelajar Jombang.
 

Momen paling simbolis terjadi saat Gunungan, lambang kehidupan dan semesta, diserahkan oleh Dalang Cilik Ki Amora Lingga Abinaya (15 Th) kepada Bupati Jombang. Momen ini bukan hanya seremonial, tetapi penanda bahwa estafet budaya telah resmi berpindah ke tangan generasi penerus.
 

Keterlibatan langsung anak-anak, mulai dari Tim Karawitan, Tim Tari Remo Boletan, hingga sang Dalang Cilik, membuktikan bahwa wayang bisa hidup dan relevan di hati kaum muda. Acara ini semakin diperkaya dengan paparan dari narasumber Drs. Imam Ghozali, M.Hum., dan Anom Sektiaji, S.Sn., yang membahas filosofi di balik Gatot Kaca dan rahasia panggung pertunjukan.

 

Muhammadiyah Mendukung Penuh Pelestarian Wayang. Sementara itu, Wakil Ketua Pimpinan Daerah (PD) Muhammadiyah Jombang, M Ali Said, menegaskan komitmen organisasinya dalam pelestarian budaya lokal.
 

”Wayang memang sedang mengalami gejala penurunan minat. Tapi Alhamdulillah, Muhammadiyah tidak alergi dengan budaya, termasuk wayang. Justru kami mendukung pelestarian budaya lokal yang memiliki nilai edukatif dan moral,” kata Said.
 

Ia menjelaskan, kolaborasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan ini adalah hasil dukungan dari Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) serta Lembaga Seni Budaya (LSBU) Muhammadiyah. SD Muhammadiyah 1 Mentoro menjadi satu-satunya sekolah dasar Muhammadiyah di Jombang yang mendapat kesempatan menghadirkan pertunjukan budaya ini sebagai bagian dari penguatan pendidikan.
 

Gema gending dan bayangan wayang yang menari di layar putih menjadi janji untuk mencetak karakter generasi muda Jombang yang berakhlak, kreatif, dan berbudaya, yang senantiasa "membumi dengan budaya sendiri, sebelum mengenal budaya bangsa lain."
 

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Staf Ahli Sumber Daya Manusia dan Kemasyarakatan Setdakab Jombang Sudiro Setiono, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) Jombang Wor Windari, Kasubag TU Kantor Kemenag Jombang Arif Hidayatulloh, Wakil Ketua PD Muhammadiyah Jombang M Ali Said, jajaran pengurus PC Muhammadiyah Sumobito, siswa dan wali murid  hingga tokoh masyarakat setempat.