Tanggal Lahir
12 Juli 2024
Tanggal Wafat
i 9 Ja
Biografi
Perawakan kurus kerempeng, perokok berat pula, yang bila merokok ibarat lokomotif dengan asapnya sambung-menyambung. Tetapi jangan ragukan suaranya, yang dalam lukisan Emha Ainun Nadjib bisa melengking bagai Robert Plant atau qari Abdul Bashit bin Muhammad Abdus Shomad. Itulah Gombloh, yang ditasbihkan sebagai "pahlawan musikus jalanan". Digadang-gadang jadi insinyur oleh ayahnya, Sudjarwanto alias Gombloh manut saja ketika disuruh ayahnya kuliah di Surabaya. Tetapi ia sering tidak masuk kuliah alias bolos dan malah berkumpul dengan teman-temannya untuk bermain musik, sebelum namanya meroket sebagai country singer top di negeri ini. Dengarkanlah misalnya lagu Kebyar-kebyar dan perhatikan liriknya:
Indonesia, merah darahku, putih tulangku
Bersatu dalam semangatmu!
Indonesia debar jantungku getar nadiku Berbaur dalam angan-anganmu
Kebyar-kebyar pelangi jingga...
Indonesia, nada laguku, simponi berteduh
Selaras dengan simfonimu
Kebyar-kebyar pelangi jingga...
Biarpun bumi bergoncang kau tetap Indonesiaku,
Andai matahari terbit dari barat,
Kaupun Indonesiaku.
Tak sebilah pedang yang tajam dapat palingkan Aku darimu)
Kusingsingkan lengan, rawe-rawe rantas
Malang-malang tuntas denganmu…
Lagu Gombloh tersebut begitu dihormati masyarakat sehingga mirip lagu wajib nasional. Tetapi Gombloh tetap Gombloh yang selalu menyatu dengan masyarakatnya. la disebut sebagai manusia merdeka, pecinta rakyat kecil, orang-orang yang hidup kesrakat.
Bagi kelompok-kelompok music anak muda, Gombloh adalah tokoh idola. Ini bisa terlihat ketika Kelompok Pemusik Jalanan (KPJ) Surabaya bersama komunitas musisi rock Surabaya serta musisi lainnya akan mengadakan gelar Surabaya Full Music pada 21 Juni 2005. Sehari sebelumnya, Komunitas KPJ Surabaya mengawali acara tersebut dengan acara nyekar ke makam Gombloh di Makam Tembok, Surabaya.
Dari atas makam Gombloh itu, para musisi jalanan tersebut menobatkan Gombloh sebagai pahlawan musisi jalanan. Sebelum penobatan almarhum sebagai pahlawan, KPJ mendendangkan dua buah lagu almarhum Gombloh, Kebyar-kebyar dan Lestari Alamku. Mereka juga membawakan lagu lain, Bagimu Negeri dan Syukur. Ketika lagu-lagu Gombloh itu mengalun dengan iringan gitar dan saksofon, suasana haru menyelimuti komunitas pemusik jalanan. Bokir, selaku Ketua KPJ Surabaya pun, tampak larut dan matanya berkaca-kaca. la masih ingat benar ketika Gombloh meninggal dunia pada 9 Januari 1988.
Aksi nyekar dan bernyanyi di atas makam Gombloh itu dihadiri pula oleh Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Timur Prof Dr Setya Yunawa, Ketua Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia (PAMMI) Surabaya, Wahyudin. Dari TBJT juga hadir Ki Sinarto dan Arif Rofiq.
Yus, rocker "Reptile" yang juga coordinator rock se-Surabaya, mengatakan, kegiatan nyekar ke makam almarhum Gombloh oleh musisi- musisi ini sangat mengesankan. Bagi Yus, almarhum Gombloh adalah sosok musisi yang idealis. "Ide-idenya pun cukup didengar, dan kami berpikir layak untuk menjaga idealism Gombloh dalam bermusik," katanya. Mohammad Arkan (53), rekan almarhum Gombloh, secara terpisah mengaku terharu atas perhatian musisi jalanan Surabaya tersebut. "Saya sangat terharu sekaligus senang atas perhatian teman-teman itu, dan bagaimanapun Gombloh adalah seniman arek Suroboyo," ujarnya.
Lima Saudara
Gombloh arek Suroboyo? Adakah hak siapa pun untuk mengklaim demikian, karena Gombloh memang besar di Surabaya. Tetapi Gombloh sebenarnya asli Jombang. la dilahirkan di Jombang pada 14 Juli 1948 dari ayah bernama Slamet dan ibu bernama Tataekah. Saudaranya ada lima yaitu Anwar Sujono (kakak), Alifah (kakak), Askur Prayitno (kakak), dr Sujari (adik) dan Sujarwati (adik).
Tetapi memang tidak penting klaim-klaim kedaerahan seperti itu. Dengan menyebut Gombloh orang Jombang, kita hanya ingin mengingatkan saja. Apalagi Gombloh sebenarnya sudah milik bangsa Indonesia. Lihat saja misalnya penghargaan Nugraha Bhakti Musik Indonesia, yang diberikan kepada almarhum Gombloh pada puncak Hari Musik Indonesia III di Jakarta, 30 Maret 2003.
Menurut Iga Mawarni, Humas Persatuan Artis, Penyanyi, Pencipta Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia (PAPPRI), ada 10 musikus yang menerima penghargaan bergengsi itu, termasuk Gombloh. "Siapa yang tidak kenal Gombloh. Beliau itu pencipta lagu Kebyar-Kebyar yang sudah dianggap sebagai lagu kebangsaan kedua setelah Indonesia Raya," kata Iga Mawarni, penyanyi jazz.
Iga juga menyebutkan, ketika nama Gombloh didominasikan, langsung semua terima dan tak ada perdebatan apalagi perlawanan. Tidak ada yang meragukan orisinalitas karya-karya Gombloh yang sangat khas itu. "Almarhum Gombloh memang sudah milik Indonesia Bukan sekedar milik kelompok masyarakat tentunya," kata Iga Mawarni.
Ada banyak cerita yang mengesankan tentang pribadi Gombloh. Kawan-kawannya mengatakan, Gombloh adalah seniman yang murah hati. la sering mentraktir kawan-kawannya yang sangat beragam. Silahkan makan apa yang Anda sukai, Bakso, nasi goreng, bakmi, tahu tek tek, nanti Gombloh yang bayar. Begitu sering kawan-kawannya mendapati Gombloh bila bertemu. Mereka pun umumnya menyesali mengapa orang sebaik itu cepat pergi.
Ketika posisinya sedang berada di puncak kejayaan, Gombloh sebenarnya bisa membeli rumah mewah di kompleks perumahan elite. la bisa saja meminta rumah demikian kepada para produser music rekamannya. Tetapi ia tidak melakukan itu. la tetap Gombloh yang sederhana, yang berkumpul bersama-sama orang kecil.
Hingga sekarang, banyak kawan-kawannya yang masih mengingat dengan jelas bagaimana kehidupannya sejak kecil. Mereka masih ingat berapa Pak Slamet dan ibu Tatoekah, yang sehari berdagang ayam di Pasar Genteng Surabaya, berharap Gombloh bisa bersekolah setinggi mungkin. Pasangan suami istri dengan enam anak itu bekerja keras untuk mengantarkan anak-anaknya mencapai kehidupan yang lebih baik. Kalau bisa ya menjadi pegawai negeri.
Beruntung Pak Slamet mempunyai anak-anak yang pandai di sekolah. Nilai sekolahnya di atas rata-rata, termasuk Gombloh yang diakui berontak encer. Masuk akal bila kemudian Gombloh bisa masuk SMA Negeri 5 Surabaya. Nilai lulusnya pun bagus sehingga ia dengan mudah diterima di fakultas Arsitektur ITS. Padahal Gombloh tidak pernah mengikuti bimbingan tes segala.
Tetapi seperti ungkapan, manusia boleh berusaha tapi Tuhanlah yang mengatur. Pak Slamet bisa berharap anaknya jadi insinyur, Gombloh sudah tidak kerasan kuliah. la lebih senang menggelandang ala seniman, berkumpul dengan temannya sambil menyanyi, mengamen di sana-sini, termasuk di hotel-hotel, sampai akhirnya bisa masuk dapur rekaman, dan namanya terkenal di mana-mana.
Kita yang telah lama ditinggalkan penyanyi legendaries itu bisa saja bertanya kepada Tuhan, mengapa seniman hebat seperti itu hanya diberikan umur pendek. Kita bahkan bisa protes tetapi siapakah yang tahu kemauan Tuhan. Hanya Dia yang Maha Mengetahui.